Di tambahkan oleh Ayub, sebagian besar perusuh di kenalnya dengan baik. Bahkan mereka pernah berhubungan baik dengan keluarganya sejak dulu.
Dulunya, para penggarap di organisir oknum berinisial OB ini. Mereka di jadikan penjaga tanah milik pengembang. Akan tetapi mereka menjual tanah pengembang yang mereka jaga kepada pihak ketiga untuk kepentingan pribadi. Sehingga pihak OB tidak di pakai pengembang lagi menjaga tanahnya. Di ganti dengan anggota Ayub. Akibatnya pihak OB tidak suka dengan Ayub dan anggotanya.
Sementara penjaga yang baru berjumlah sepuluh orang hanya mencari sesuap nasi tanpa mengutak Atik tanah yang di jaganya. Namun hal tersebut membuat cemburu OB dan gengnya.
Lanjut Marbun, pada tanggal 20 Juni 2924 yang lalu, para perusuh telah menuntut dia mundur sebagai kepala dusun. Dua orang warga J. Sianturi dan T. Sianturi telah mendatangi kepala desa untuk meminta agar saya di ganti. Namun kepala desa tidak mau karena alasan mereka tidak jelas .
Selanjutnya, penyerangan pun terjadi pada Senin 16 September 2024 sekitar 11.20 wib. Awalnya para perusuh yang datang ke kediamnnya hanya berjumlah puluhan orang dengan membawa berbagai senjata tajam. Ayub dan keluarga masih bisa menghalaunya.
Penyerangan kedua kali juga begitu, tapi pada penyerangan ketiga kali, perusuh yang menyerang berjumlah ratusan orang. Kebanyakan dari mereka masih anak anak dengan membawa klewang dan berbagai jenis sajam. Akhirnya mereka kewalahan sehingga menelepon Polsek Percut Sei Tuan dan Polrestabes Medan.
Korban Berharap Polisi Dapat Mengusut Tuntas Penyerangan Ini
Untungnya saat itu Kapolrestabes Medan yang di komandoi Kombes Pol Teddy John Sahala Marbun langsung turun ke lokasi untuk mengamankan kejadian.